EKOLOGI DAN LINGKUNGAN: Dinamika Ekosistem Mangrove


Hutan Mangrove

Secara singkat, oseanografi dapat diartikan sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Hal-hal yang dipelajari dalam oseanografi berkaitan dengan laut atau samudera beserta isi dan apa yang ada di dalamnya hingga ke kerak samuderanya. Oleh karena itu, oseanografi dibagi ke dalam empat ilmu utama, yaitu: geologi oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer di bawah laut, fisika oseanografi yang mempelajari masalah-masalah fisis laut seperti arus, gelombang, pasang surut dan temperatur air laut, kimia oseanografi yang mempelajari masalah-masalah kimiawi di laut, dan yang ke empat adalah biologi oseanografi yang mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan flora dan fauna atau biota di laut. Berikut ini adalah salah satu contoh aplikasi oseanografi dalam bidang biologi laut.

Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjo yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob.

Mangrove tidak atau sulit tumbuh di wilayah pesisir yang terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut yang kuat, karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur maupun pasir, substrat yang diperlukan untuk pertumbuhannya (Hardjosentono, 1978).

Hutan mangrove mempunyai keanekaragaman jenis yang lebih rendah dibandingkan hutan daratan, rendahnya keanekaragaman jenis pada hutan mangrove disebabkan tumbuhan yang hidup di daerah ini harus beradaptasi dengan genangan air laut dan salinitas yang tinggi. Jenis vegetasi mangrove mempunyai bentuk khusus yang menyebabkan mereka dapat hidup di perairan yang dangkal yaitu mempunyai akar pendek, menyebar luas dengan akar penyangga atau tundung akarnya yang khas tumbuh dari batang dan atau dahan. Akar-akar dangkal sering memanjang yang disebut ”pneumatofor” ke permukaan subtrat yang memungkinkan mereka mendapatkan oksigen dalam lumpur yang anoksik dimana pohon-pohon ini tumbuh. Daun-daunnya kuat dan mengandung banyak air dan mempunyai jaringan internal penyimpan air dan konsentrasi garamnya tinggi. Beberapa jenis tumbuhan mangrove mempunyai kelenjar garam yang menolong menjaga keseimbangan osmotik dengan  mengeluarkan garam (Nybakken, 1988).

Salah satu penelitian terhadap ekosistem mangrove di Pulau Penjaliran Timur, yang ditemukan adalah 11 jenis yang digolongkan ke dalam 7 family yaitu:  Myrsinaceae, Avicenniaceae, Rhizophoraceae, Soneratiaceae, Meliaceae, Lythraceae, dan Combretaceae.Family Rhizophoraceae mendominasi pada seluruh tingkatan tegakan.  Hal ini menunjukkan bahwa Pulau Penjaliran Timur merupakan habitat yang cocok bagi pertumbuhan mangrove dari family Rhizophoraceae.

Mangrove di Pulau Penjaliran Timur tumbuh pada salinitas antara 26 sampai 31,3 ppm merupakan salinitas optimum untuk mangrove dapat hidup dan berkembang. Menurut Den Haan (1931) dalam Harianka (2002),tumbuhan mangrove dapat dibedakan menjadi dua golongan atas dasar kepentingan salinitas: (a) Tumbuhan mangrove yang tumbuh pada daerah bersalinitas di bawah 10 ppm, (b) Tumbuhan mangrove yang tumbuh pada daerah bersalinitas antara 10-30 ppm. Lebih jauh lagi ditambahkan bahwa salinitas optimum untuk mangrove dapat hidup dan berkembang adalah 29-34 ppm.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mangrove di Pulau Penjaliran Timur terbentuk dari salinitas tinggi, tidak terdapat sumber air tawar (sungai) yang mengalir ke laut. Faktor ini dapat diketahui dengan jelas bahwa daerah mangrove Pulau Penjaliran Timur tidak terdapat jenis Nypa sp, jenis yang biasa tumbuh pada salinitas lebih rendah. Menurut Poedjirahajoe (1996) dalam Irwanto (2007) Nypa merupakan bagian vegetasi penyusun mangrove yang sering dijumpai di tepian sungai lebih ke arah hulu.
Nilai pH perairan Pulau Penjaliran Timur berada pada kisaran 7,5 -8,8 menunjukkan bahwa perairan tersebut merupakan daerah sangat produktif berdasarkan identifikasi tingkat kesuburan perairan oleh Banarjea (1967) dalam Harianka (2002).

Tekstur tanah di Pulau Penjaliran Timur didominasi oleh pasir hal ini  berarti jenis mangrove yang dapat tumbuh di daerah tersebut adalah jenis-jenis yang mampu beradaptasi pada kondisi sedikit air. Ewusie (1990) dalam Irwanto (2007) mengemukakan jika butiran pasirnya besar-besar dan karenanya porositas yang besar maka air apapun baik yang berasal dari hembusan garam atau dari pengendapan biasa, dengan cepat tersalir ke bawah melalui pasir yang tidak atau hanya sedikit menambat air untuk tumbuhan yang tumbuh pada pesisir. Mengingat berbagai faktor ini, tumbuhan yang hidup dalam pantai berpasir secara tegas dapat dikatakan tumbuhan dalam lingkungan kering yang tak jauh berbeda dengan keadaan gurun. Banyak dari ciri strukturnya mirip dengan yang ada pada tumbuhan yang terdapat pada tempat kering dan dapat dikatakan mereka bersifat xerofit.

Pulau Penjaliran Timur mengalami pasang surut semi diurnal dimana durasi pasang surut juga memiliki efek pada distribusi spesies, struktur vegetatf dan fungsi ekosistem mangrove. Rentang pasang surut yang sempit mengakibatkan Rhizophora spp di Pulau Penjaliran Timur memiliki akar tunjang yang rendah.

Bagian Barat Pulau Penjaliran Timur hanya ditumbuhi oleh satu jenis vegetasi yakni Lumnitzera racemosa Wild, dimana jenis ini merupakan jenis mangrove sejati yang dapat tumbuh pada daerah kritis dengan salinitas tinggi (30-34 ppm).

Kondisi tempat tumbuh dengan rataan pasir karang yang pendek dengan hantaman ombak besar  menyebabkan hanya jenis tertentu dapat tumbuh berkat kemempuannya untuk beradaptasi . Mangrove tidak atau sulit tumbuh di wilayah pesisir yang terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut yang kuat, karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur maupun pasir, substrat yang diperlukan untuk pertumbuhannya (Hardjosentono, 1978)

Vegetasi mangrove yang dijumpai pada bagian utara pulau lebih beragam dan mempunyai pertumbuhan yang lebih baik. Vegetasi mangrove di bagian utara Pulau Penjaliran berbatasan langsung dengan vegetasi pantai tetapi masih dipengaruhi secara tidak langsung oleh fluktuasi pasang surut , daerah ini merupakan habitat yang ideal bagi mangrove menurut Saenger et al (1983) dalam Tim Ekosistem Mangrove (1984) hutan mangrove merupakan suatu ekosistem penghubung antara daratan dan lautan yang meliputi populasi tumbuhan, hewan dan jasad renik serta lingkungan fisikanya, diikat oleh berbagai proses internal dimana terjadi proses pertukaran dan asimilasi energi. Jenis mangrove yang mendominasi Blok II adalah Xylocarpus mollucensis.

Selain Xylocarpus mollucensis dijumpai jenis Ceriops tagal (Pers.) C. B. Robins. yang mendominasi pada tingkat tiang, hal ini menunjukan bahwa vegetasi pada daerah tersebut pada tahap awal pertumbuhan. Ceriops tagal (Pers.) C. B. Robins. merupakan jenis mangrove sejati yang dapat tumbuh pada kondisi salinitas tinggi, jenis ini memerlukan daerah yang terlindung dari hantaman ombak untuk dapat tumbuh dan berkembang biak, dimana buah yang jatuh dari pohon memerlukan substrat yang mampu membuatnya stabil untuk berakar dan tumbuh. Pada tegakan tingkat semai  Ceriops tagal (Pers.) C. B. Robins. merupakan jenis toleran, sehingga memerlukan naungan untuk tumbuh dengan baik. Semai Ceriops tagal (Pers.) C. B. Robins. tumbuh di daerah yang terlindung di sela-sela akar tegakan tingkat tiang dan pohon .

Daerah pasang surut  di Bagian Utara Pulau Penjaliran Timur merupakan blok dengan pertumbuhan yang kurang optimal dimana pada blok ini tidak dijumpai tegakan pada tingkat pohon. Hal ini disebabkan karena kondisi tempat tumbuh yang terletak sangat dekat dengan tubir sehingga unsur-unsur yang terkandung di dalam substrat hanyut dan tidak sempat diserap oleh akar tanaman. Gelombang pasang yang besar dan arus pasut yang kuat tidak memungkinkan terjadinya pengendapan sendimen yang diperlukan sebagai substrat bagi tumbuhnya mangrove  (Snedaker et al., 1985 dan Nontji, 1987 dalam Dahuri et al., 1996).

Avicennia marina (Forssk.) Vierh. merupakan salah satu jenis yang mampu bertahan pada kondisi tersebut walaupun dengan pertumbuhan yang kurang optimal. Avicennia marina (Forssk.) Vierh. merupakan jenis mangrove sejati yang dapat tumbuh pada berbagai kondisi tempat tumbuh, oleh para peneliti jenis-jenis ini dikategorikan ke dalam tumbuhan pioneer.
Bagian Timur Pulau Penjaliran Timur merupakan daerah yang menjorok ke dalam pulau dan di dominasi oleh Rhizophora stylosa Griff, daerah ini merupakan daerah yang terlindung dari hantaman ombak besar sehingga memungkinkan berbagai jenis mangrove tumbuh, ini terbukti dari penelitian bahwa selain Rhizophora stylosa Griff terdapat jenis- jenis lainnya yaitu Ceriops tagal (Pers.)C.B. Robins, Pemphis acidulata J.R. Forst & G. Forst, Sonneratia caseolaris (L.) Engl, Xylocarpus granatum König, dan Xylocarpus mollucensis (Lam.) M.Roem.

Komunitas hutan mangrove di Bagian Selatan Pulau Penjaliran Timur didominasi oleh jenis Rhizophora stylosa Griff, kondisi tempat tumbuh yang berdekatan tubir dengan ancaman ombak besar mengakibatkan vegetasi jenis ini tidak dapat tumbuh seoptimal tumbuhan sejenis pada bagian timur pulau.

Ekosistem hutan mangrove bersifat dinamis oleh karena itu  perlu dilakukan monitoring terhadap segala perubahan yang terjadi sehingga dari data yang diperoleh dapat disusun teknik pengelolaan yang  tepat menuju hutan mangrove yang lestari.

Sumber:
2011-03-02 | Andri Yudista (http://tnlkepulauanseribu.net/index.php?which=49)
http://www.lablink.or.id/Eko/Wetland/lhbs-mangrove.htm
http://marinebiologi.blogspot.com/2010/03/oseanografi-biologi.html

Published in: on March 19, 2011 at 9:07 am  Comments (25)  

The URI to TrackBack this entry is: https://hanifahrianty.wordpress.com/2011/03/19/ekologi-dan-lingkungan-dinamika-ekosistem-mangrove/trackback/

RSS feed for comments on this post.

25 CommentsLeave a comment

  1. bagus sekali infonya 🙂
    kalau yang ada di gambar itu mangrove jenis apa ya?

    • itu mangrove jenis rhizopora. mangrove jenis ini ada di zona pertengahan antara laut dan daratan disebut sebagai central mangrove.

      • pentingnya mangrovre sebagai pencegah abrasi alami seprtinya tidak terpikirkan oleh masyarakat awam, selain sebagai penahan ombak feeding ground dan nursery ground bagi sebagian biota pesisir, mangrove juga menyimapan potensi sebagai bahan pangan. Tepung mangrove dapat di jadikan brownies keripik bahkan batangnya dapat diekstrak menjadi sirop mangrove. Sosialisai tentang vitalnya ekosistem mangrove nampaknya mulai digalakkan agar tidak hanya berakhir sebagai asap kayu bakar..

      • bener banget san. itu merupakan tugas penting buat kita sebagai manusia kelautan..

  2. eh hanifah,mau tanya nih..
    simpel sih,tapi saya pengen tau yang ilmiahnya aja.
    selama pantai yang saya kunjungi,kenapa ya bagian pantai utara jabar tu ada mangrovenya,tapi kalo di selatannya gak ada ya???
    hehehehe,maaf tolong dijawab yaaaa

    • hutan mangrove hidup pada daerah yang landai atau daerah pasang surut. kalo di bagian selatan jawa tuh pantainya terjal dan dalam karena berbatasan langsung dengan samudra Hindia, jadi hutan mangrove tidak tumbuh disana.

      • maaf, sedikit mengoreksi. Di pantai selatan jabar juga terdapat mangrove lho, misalnya di daerah Sancang, Pameungpeuk, Garut. Kebetulan saya sedang tugas akhir di sana 😀

  3. mengapa ada jenis flora tertentu didaerah garut yg tumbuh didalam ekosistem manggrove,mwenurut penduduk setempat tdk boleh ditebang?
    apakah ada penjelasan ilmiah mengenai hal tsb,menurut keterangan warga sekitar apabila flora tsb ditebang maka ikan dan biota dibawahnya yg hidup akan mati….

    • daerah tersebut adalah hutan sancang. hutan ini merupakan hutan konservasi yang sangat dilindungi. jadi, flora dan fauna tertentu atau langka masih terjaga kelestariannya di hutan ini. kalo penjelasan ilmiah mengenai hutan mangrove yang di tebang jelas sekali akan memberi dampak buruk bagi biota laut di dalamnya. mengingat mangrove merupakan tempat nursery dan feeding ground bagi hewan seperti ikan, kepiting, udang dll.

  4. ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang bisa dikatakan penting sebagai tempat nursery maupun feeding ground bagi hewan-hewan seperti kepiting, udang, bahkan burung sekalipun. sayangnya,masih banyak yang tidak peduli akan keberadaan ekosistem mangrove ini…

  5. Nice info!

    Izin minta acuan kata-kata untuk studi :
    Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjo yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob.

  6. mangrove apa saja yang hidup di daerah berpasir? terima kasih

    • mangrove potensial hidup di daerah berlumpur. Tekstur tanah kawasan jenis berpasir, justru bisa mengakibatkan tanaman mangrove cepat mati. contohnya di pantai kaliori, Kabupaten Rembang. tapi ada juga jenis mangrove yang mampu beradaptasi di lingkungan berpasir seperti Pandanus spp, Bruguiera spp, Avicennia spp dan Sonneratia spp. kalo mau melakukan penghijauan di daerah berpasir sebaiknya jangan mangrove. cemara udang dan cemara laut juga bisa dijadikan pengganti mangrove di daerah berpasir. kedua tumbuhan itu juga bisa menahan abrasi.

  7. Mangrove memang sangat bermanfaat, mangrove telah banyak di manfaatkan dan yang paling penting mangrove sangat berperan untuk menahan gelombang pasang dari laut. Terimakasih telah menambahkan pengetahuan yang penting, oseanografi ternyata ilmu yang sangat luas cakupannya.
    terimakasih hani

  8. mangrove tuh emang banyak banget ya keuntungannya. bisa dari ekosistemnya sendiri (untuk nursery ground), bisa buat farmakologi, bisa juga buat penghadang tsunami.

  9. banyak sekali manfaat yang di dapat dari mangrove. apakah terdapat jenis-jenis mangrove lain yang belum kita ketahui? THX 😀

    • jenis mangrove ada banyak banget. contohnya: Acrostichum aureum, Kandelia candel, Nipa fruticans, Lumnitzera littorea, Sonneratia spp, Acanthus spp, Cerbera spp, Excoecaria spp, Rhizophora spp, Avicennia spp, Bruguiera spp, Xylocarpus spp, Ceriops spp, Aegiceras spp, dan masih banyak lagi jenis lainnya.

  10. mangrove emang termasuk ekosistem yg penting yah, banyak pemrograman penanaman mangrove akhir2 ini, contohnya “bayar dosa” nya perusahaan real estate di utara Jakarta akhir2 ini :p

    tapi kenapa setelah penanaman ulang perlu dilakukan monitoring secara berkala?seberapa pentingkah memonitor kembali mangrove2 “baru” tsb?

    • mangrove merupakan tumbuhan yang bersifat dinamis yang sangat dipengaruhi oleh pasang surut, dapat tumbuh dan berkembang terus serta mengalami suksesi sesuai dengan perubahan tempat tumbuh alaminya. oleh karena itu, kegiatan monitoring secara berkala setelah melakukan penanaman mangrove sangat penting. satu contoh kasus kurangnya monitoring yang dilakukan setelah penanaman mangrove terjadi di pantai Karangsong, Indramayu. ribuan mangrove yang telah kita tanam tidak berkembang bahkan mati. hal ini dikarenakan kurangnya kegiatan monitoring secara berkala.

  11. infonya bagus. semoga aja ekosistem mangrove yang ada tetap terjaga karena manfaatnya banyak 😀

  12. muhammad syafiq gumilang – 230210090007

    jenis mangrove apa ya yang baik di tanam untuk menahan ombak bahkan tsunami?

    • Acrostichum aureum, Kandelia candel, Nipa fruticans, Lumnitzera littorea, Sonneratia spp, Acanthus spp, Cerbera spp, Excoecaria spp, Rhizophora spp, Avicennia spp, Bruguiera spp, Xylocarpus spp, Ceriops spp, Aegiceras spp, dan masih banyak lagi jenis lainnya.

  13. Benarkah laut itu sangat erat hubungannya dengan atsmosfir yang ada dibumi kita ini? bila iya mengapa? dan tolong dijelaskan. Terimakasih…

  14. selain pemonitoringan upaya pengelolaan mangrove yang telah dan sedang dilakukan oleh TNKpS adalah kegiatan inventarisasi dan pemetaan mangrove, pembuatan persemaian semi alami dan rehabilitasi ekosistem mangrove melalui kegiatan penanaman mangrove. penanaman dilakukan dengan metoda persemaian semi alami dilakukan di bedeng untuk membibitkan biji-biji buah mangrove agar siap ditanam di lapangan. Bedeng semi alami di TNKpS dilengkapi dengan sistem pengairan dari laut. Proses pembibitan mangrove sangat diperlukan, karena kelulus hidupan mangrove yang melalui tahap pembibitan lebih besar daripada yang tidak melewati tahap ini.

  15. Great work,webmaster,nice design!


Leave a comment